The Martian {Film Review}

The Martians (Review)

Kangen juga me-Review film, biasanya Ahza yang suka kebagian tugas nulis review film. Lagipula ini menjadi salahsatu film favorite kami sekeluarga setelah semalam menonton berempat di Bioskop.
Iyaa.. berempat. Neng Shaliha, Andreya kami bawa dan ini kali ketiga Andreya diajak ke bioskop dan hasilnya… Saya kena omel Bapak-bapak. uhuuuy. wolees dong paak xixixi.

Okeh… kembali ke The Martian. Film yang dibintangi oleh salahsatu aktor paporit saya, Akang Matt Damon sebagai Mark Watney sang aktor utama, sepertinya ini kali kedua Kang Damon membintangi film Space-Science Fiction, sebelumnya kebagian peran antagonis sebagai Dr.Mann di film Interstellar yang juga film keren menurut saya.

Dikisahkan di film ini, Mark Watney dan team yang dipimpin Dr Lewis menjalani missi ke planet Mars, sampai badai pasir yang hebat melanda missi mereka dan menyebabkan Watney tertimpa bagian pesawat mereka yang hancur beterbangan, Dan team menyangka Watney sudah tiada akibat kejadian tersebut, sehingga mereka kembali ke Hermes pangkalan penelitian Antariksa tanpa Watney.

Tapi takdir berkata lain, tenyata Watney masih hidup dan sendirian di planet Mars, dari sinilah kisah ini dimulai. Siapa menyangka di planet gersang tanpa tanda-tanda kehidupan manusia bisa bertahan hidup dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan fasilitas yang terbatas dan merupakan sisa dari perlengkapan misi antariksa.

Walaupun di film ini ilmu pengetahuan dan kemampuan manusia lebih ditonjolkan namun saya bisa merasakan sebagai film Holywood yang biasanya jarang-jarang menyisipkan nilai-nilai ketuhanan, Ada titik dimana pembuat film ini, percaya pada kehendak tuhan. Salahsatunya saat semua fasilitas penunjang kehidupan Watney yang diperkirakan cukup dan Watney bisa dibawa kembali dengan selamat ke bumi, dan saat keyakinan itu mulai tumbuh ternyata alam berkata lain, semua hancur sehingga rencanapun berubah. Begitu juga Mr Kapoor salah seorang yang bertanggung jawab akan misi penyelamatan Watney, ditanya apakah Kamu percaya Tuhan… walaupun dengan jawaban yang berputar-putar, dia percaya akan tuhan. Dari sini jelas film ini menyelipkan pesan, sehebat apapun ilmu pengetahuan dan manusia selalu ada Tuhan yang lebih kuasa dibalik semua rencana.

Di Film ini banyak diajarkan bagaimana pentingnya perencanaan dan perhitungan yang matang akan suatu tujuan. Watney yang seorang Botanic mampu bercocok tanam di dalam habitatnya dengan segala keterbatasan fasilitas, ilmu pengetahuan tidak akan pernah sia-sia. Dan Tuhan tidak akan pernah salah dalam menetapkan suatu kejadian. Pesan yang terselip dari seorang Watney. Saya seorang Botanic dan Sayalah yang terpilih untuk menjadi penduduk Mars.

Dari kata Botanic ini, Ahza menjadi penasaran dengan Botanic.. “sepertinya itu adalah profesi yang keren” kata Ahza, anak saya.

Watney tidak pernah meyalahkan teman-teman yang meningggalkannya di Mars sendirian, tak pernah mengutuk keterbatasan fasilitas di Mars, Tak pernah memaki keadaan dan saya menangkap film ini jauuh dari emosi negatif. Intinya adalah semua kesulitan pasti ada jalan keluar. Ilmu ada, sumber daya ada dan itu semua butuh kerjasama sehingga missi penyelamatan menjadi sukses. tiga hal penting yang menjadi nilai Penting film ini.

Semua keluh kesah menjadi bahan lucu dan penyegar film ini, sehingga walaupun temanya berat tapi selama menonton film ini tak membuat kerut di kening penonton.

Disini diperlihatkan mesranya kerjasama antariksa Amerika dan China untuk membawa Watney kembali ke bumi. kemesraan yang jarang-jarang kita saksikan di dunia nyata.

Dari film ini saya sedikit merenung, apakah bisa diterapkan di Indonesia ya? dengan melihat berbagai permasalahan di negeri ini. Ilmu pengetahuan ada, Manusianya pintar-pintar, soal agama jangan ditanya, KTP warga negara Indonesia dewasa pasti dicantumkan agamanya apa.

Dan pada akhirnya saya tersadar Kerjasama, yah kerjasama.. Persatuan yang tidak ada negeri ini walaupun tercantum di Sila ketiga pancasila. 11 12 dengan agama yang tercantum di KTP, nilai sila ketiga tersebut juga hanya menjadi hapalan indah dibibir semata. Coba aja tanya generasi 70 sd 90 an, suruh baca isi Pancasila.. pastilah mereka hafal. Tapi lihat, generasi itu jugalah yang suka gontok-gontokan di negeri ini. eeeh termasuk saya juga kali yaa? suka nyinyir dan usil di Medsos wkwkwkwkw… ‪#‎toyorpalasendiri‬.

Dari keseluruhan film ini kami merasa beruntung pernah ikut tour ke NASA di Houston beberapa tahun yang lalu sehingga lumayan kebayang pesawat-pesawatnya, terus fasilitas yang tersedia didalam pesawat luar angkasa, pernah lihat dari dekat baju astronot, dan bagaimana packingan makanan astronot. melihat-melihat ruang kontrol NASA… hehehe lumayaaaaanlah buat cerita sendiri.

okeh biasanya, setelah nonton Ahza selalu nodong Saya dan Papanya, “Dari 1 sd 10 nilainya berapa ma? pa? ” heheh untuk “The Martian MAma kasih 9 Za”, “Ahza 8.5” dan si papa jawab 7..! aiiih napa jauh amat bedanya? heheh namanya juga selera.. suka-suka dooong. tapi ini film keren kok kata si papa.

selamat menonton…

16 thoughts on “The Martian {Film Review}

Tinggalkan komentar