Menua Bersama Anggrek

Suatu kali saat main ke Taman Anggrek Ragunan saya bersua dengan tiga oma-oma energik yang sedang memilih aneka anggrek. Mereka tidak saling kenal tapi saat bercerita tentang anggrek mereka seperti sahabat yang lama tak bersua lalu kangen ingin berkumpul tanpa ada janjian sbelumnya ternyata berjumpa di kebun anggrek yang menghubungkan ketiganya, yaitu sesama pecinta anggrek. Hasilnya adalah heboh dan penuh semangat berbagi pengalaman tentang anggrek kepada anak bawang seperti saya. Saya yang awalnya hanya berniat menikmati anggrek dan membeli satu dua pot saja, jadilah ikut dalam keseruan cerita mereka.

Sebut aja oma Fanny, beliau berkisah betapa Anggrek menjadi salah satu penyemangat dalam kesehariannya yang awalnya anggrek hanya sebagai pengisi waktu luang disaat suami berangkat ke kantor, anak-anak sudah besar-besar dan memiliki kehidupan sendiri, anggrek menjadi penghibur sehari-hari disamping aktivitas lainnya. Saat pensiun suami baru menyadari ternyata anggrek yang dulu tak pernah sekalipun menjadi perhatiannya, telah berkembang subur dan semarak menghiasi taman dan rumah mereka. Cucu-cucu yang dulunya usil menyabuti daun dan bunganya, anak-anak yang hanya senyum sekilas saat ibunya sibuk dengan anggreknya, Pun menyadari bahwa anggrek menjadi bagian penting saat berkumpul keluarga besar mereka.

Dihari-hari besar saat keluarga mereka berkumpul oma Fanny akan menghadiahkan anak menantu dan cucu-cucu yang sudah berkeluarga masing-masing satu pot anggrek yang indah. Dengan harapan anggrek itu akan dirawat dengan baik dan tumbuh berkembang hingga keturunan berikutnya. Sungguh hadiah yang manis dan indah untuk dimiliki.

Oma Tuti yang datang dengan cucunya, juga bercerita tak kalah serunya sambil memperlihatkan album foto koleksi anggreknya dari hapenya, waaaa saya sungguh takjub koleksinya sudah bagaikan toko yang kami datangi itu sendiri. Iseng doong saya komentar, “ini gak dibisnisin aja oma”?. Oma dengan terkekeh menjawab.. “Anak muda sekarang yaa.. pikirannya ga jauh-jauh dari duit, Anggrek ini saya rawat seperti anak saya sendiri, saya kasih pupuk, medianya diganti secara berkala dan diajak ngomong juga.. percaya gak? kalau Anggrek-anggrek teman curhat yang setia.”

“Kalaupun anggrek tumbuh dan berkembang, biasanya akan diberikan kepada anak, saudara dan orang-orang yang saya tahu bisa merawatnya dengan baik dan itu nilainya tak terhingga dibanding dengan uang didapatkan jika saya jual”. Dan cucu oma menimpali, “Oma sih tidak menjual,  tapi saya yang berbisnis anggrek ini mbak, modalnya dari beberapa pot yang dihadiahkan Oma, lumayan hobi kecil-kecilan disela-sela arisan”. Oma Tuti pun tersenyum sambil menggerakkan jari telunjuknya… ” anak muda…..”

Lain oma Fanny dan oma Tuty, Oma Sri menceritakan kalau dimasa pensiun ini anggrek yang dirawat menjadi pengisi hari-hari si Opa, Dulu si Opa sama sekali tidak memberi izin istrinya bercocok tanam termasuk merawat bunga. katanya kotor. jadilah nanamnya diam-diam kalaupun dirumah ada tanaman ya alakadarnya saja yang mudah ditumbuh tanpa dirawat seperti pohon mangga. tapi karna hobi, ditanam juga dan lama-lama berkembang dengan indah hingga akhirnya si Opa takjub sendiri. Dan sekarang yang rajin merawat anggrek malah si Opa. Hikmahnya semakin tua, oma dan opa semakin semakin dekat.

Tidak jarang saya melihat para sepuh yang berbahagia dengan hobi yang mereka pupuk semenjak muda, apalagi jika hobi itu dipupuk bersama pasangan. Persamaan yang saya lihat dari para oma diatas dan juga sepuh yang sibuk dengan hobinya yang saya temui di lain kesempatan adalah, mereka jauh awet muda dan selalu bersemangat untuk umur mereka. sehingga menularkan semangat yang sama kepada yang lebih muda.

Pertama saya takjub saat oma Tuty dengan pedenya meminta saya menebak umurnya berapa, saya tebak aja 55 tahun, karena emang wajahnya kencang, alami juga berseri-seri, ternyata umurnya 67 tahun… masyaAllah. tak kalah takjubnya pas saya diminta menebak umur oma Fanny, yang memang kalau dari tubuhnya sudah kelihatan sepuhnya, kerutnya sudah banyak, Tapi aura wajahnya sungguh muda belia, belum lagi cara beliau berkisah dengan mata yang bersinar-sinar. Saya tebak saja 65, ternyata beliau akan berulang tahun 80 tahun akhir bulan itu.. hei whaaaats. 80 tahun masih hobbi shopping anggrek dengan gagah begini?

Duh duuh duuuh tiba-tiba saya langsung membayangkan diri saya 20, 30 atau 50 kedepan,  tak masalah berapa banyak kerutan wajah, gelambir di tubuh, uban yang memutih tapi siapkah Saya menua dengan bahagia, menua dengan hati yang berbinar dan tentunya menua bersama pasangan dengan penuh cinta?.

Tiba-tiba ingin segera mengajak suami menanam anggrek… #heeeh??? xixixix

6 thoughts on “Menua Bersama Anggrek

    • hayoo mari dicoba mba Ratih. mungkin krn anggrek itu butuh ketelatenan dan kesabaran si pemiliknya jd bisa nular kepada kebiasaan sehari2 termasuk jg cara bersikap ke pasangan .. itu sih yg saya tangkap .

      Suka

Tinggalkan komentar